“Memiliki Sikap dan Keyakinan Persis Tuannya, Anjing Ini Menjadi Musuh Berat Nazi!”


 “Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu.” (2Tim 3:14)  
Tar Borg, seorang pengusaha farmasi asal Finlandia ini harus berurusan dengan pemerintahan Jerman pada perang dunia kedua, akibat kebiasaan unik anjing peliharaannya. Hal ini terjadi, karena anjing bernama Jackie, miliknya, dapat menirukan salam ala Nazi dengan sangat baik.

Kebiasaan Jackie ini disinyalir oleh pemerintah Jerman sebagai dampak dari apa yang diajarkan oleh Tar Borg kepada sang anjing. Bagi pemerintah Jerman, yang saat itu dipimpin oleh Hitler, kebiasaan sang anjing meniru salam ala Nazi adalah sebuah tindakan penghinaan.

Tar Borg sendiri memastikan bahwa ia tidak pernah mengajari anjingnya untuk menghina Hitler. Menurut Borg, yang anti Nazi ini, istrinya memang memberi nama panggilan Hitler pada anjingnya. Istri Borg, Josephine, menyebutkan bahwa tingkah laku anjing ini mengingatkannya kepada Hotler.

Pemerintah Jerman berulangkali berusaha membawa kasus Tar Borg ke pengadilan karena kebiasaan anjingnya ini. Tetapi, upaya yang sudah memakan waktu tiga bulan ini gagal dilakukan karena ketiadaan saksi.

Selain itu, pemerintah Jerman juga berniat menghabisi bisnis farmasi yang dimiliki oleh Tar Borg. Pemerintahan Nazi ini melakukannya  dengan meminta salah satu pemasok, yaitu IG Farben- untuk tidak berbisnis dengan Borg.

Tar Borg sendiri sudah meninggal dunia pada tahun 1959. Meski demikian, perusahaan Tampereen Rohdoskauppa Oy, miliknya, saat ini menjadi salahsatu perusahaan farmasi sukses dengan nama Tamro Group. (diolah dari sumber: BBC Indonesia)

Renungan

Keluarga Tar Borg memiliki sikap dan keyakinan anti Nazi. Dan keyakinan ini juga ternyata dipahami dengan baik oleh anjingnya Jackie, walau hal ini tidak diajarkannya secara langsung.  Begitu juga dengan kita, keyakinan yang kita miliki cenderung menular dan mudah dipahami oleh orang yang dekat dengan kita tanpa kita ajarkan. Lalu, keyakinan seperti apa yang selalu kita bagikan bagi orang lain? (Bertinus Sijabat- Yogyakarta)

Posting Komentar

0 Komentar