“Kembalilah ke kota bentengmu, hai orang tahanan yang penuh harapan! Pada hari ini juga Aku memberitahukan: Aku akan memberi ganti kepadamu dua kali lipat!” (Za 9:12)
Sebelum operasi tumor otak dilakukan terhadap Charlotte, pihak rumah sakit memberikan kertas rincian resiko operasi kepada Jo Bell, sang ibu. Dalam rincian resiko ini, terdapat resiko kecacatan dan bahkan resiko kematian.
Walau hatinya hancur, Jo tidak punya pilihan lain. Bagaimanapun juga, resiko operasi adalah salahsatu hal yang harus ditempuh dalam proses penyembuhan putrinya, Charlotte.
Joe Bell sadar bahwa putrinya Charlotte, yang masih berusia 15 tahun ini, bisa saja meninggal setiap saat karena operasi tumor otak yang harus dijalaninya. Keadaan inilah yang membuat Jo memutuskan untuk merekam setiap momen yang sedang dijalani oleh Charlotte.
Sejak saat itu, Jo mulai mengambil foto-foto Charlotte. Baginya, mengambil foto-foto ini adalah sebuah terapi yang baik. Jo ingin agar foto-foto Charlotte dapat membantu orang lain yang memiliki masalah yang sama. Selain itu, Jo juga ingin menunjukkan bahwa masih ada harapan dalam setiap kesulitan yang sedang terjadi.
Joe mengisahkan bahwa foto paling sedih yang diambilnya adalah ketika Charlotte, Joe dan Roger, suaminya, berkumpul bersama pada malam sebelum operasi. Dalam foto itu terekam, betapa Charlotte senyum dengan penuh kepolosan. Seakan tidak tahu tangisan hati Jo dan resiko maut yang sedang mengintainya.
Meski menghabiskan waktu operasi selama 9 jam, akhirnya operasi pengangkatan tumor otak Charlotte berhasil dilakukan, bulan Mei 2009. Namun, sesaat setelah tersadar, Charlotte bahkan tidak mengenal sang ibu yang setia menemaninya.
Walau begitu, Jo tetap setia mengambil foto-foto Charlotte saat anaknya masih belum siuman. Baru kemudian, pada hari kelima pasca operasi, Charlotte mulai mengenai kembali ibunya.
Dua tahun pasca operasi, kini Charlotte mengalami fase remisi, suatu kondisi pemulihan tubuh pasca operasi. Selama waktu ini, setiap saat Joe mengabadikan semua momen kejadian yang dialami putrinya dengan rekaman kamera.
"Saya dan dia bekerja sama untuk membuat buku harian foto kami. Tidak semua foto menggambarkan sesuatu yang menyakitkan, karena ada foto ia bermain dengan perawat, tersenyum dengan gaun prom-nya serta saat ia merayakan ulang tahun ke 17," kata Jo dengan penuh haru.
Dan luar biasanya, Charlotte pun menikmati semua momentum foto yang direkam ibunya. Gadis ini bersyukur karena dia masih mampu bertahan melewati semua masalah ini. Charlotte sendiri menuturkan, bahwa album foto-foto yang diambil ibunya bisa menjadi terapi yang baik dan menjadi pengingat yang baik bahwa harapan itu masih ada. (diolah dari sumber: detikhealth.com)
Renungan
Terapi foto yang dilakukan oleh Jo terhadap putrinya Charlotte ternyata menjadi sebuah terapi yang hebat. Bagi Joe, dengan rekaman foto ini, pesan bahwa harapan masih ada itu malah meresap semakin nyata kedalam hatinya. Bagi Charlotte, rekaman foto ini menjadi sebuah terapi yang menyembuhkan. Sementara pesan bagi kita adalah tetaplah berjuang selama harapan masih ada! (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)
0 Komentar