“Shannon, Sembuh dari Autis dengan Menari”

Shannon sangat sulit diajak bicara, dia sangat menutup diri, pemalu, dan sangat sulit dalam berinteraksi dengan  orang lain. Gadis kecil ini seakan hanya asik dengan dunianya sendiri.

Pada usia balita, Shannon tidak punya otot yang membuatnya tidak bisa berjalan dan berbicara. Dia hanya bisa membuat suara-suara yang tidak dimengerti.

Pada usia delapan tahun, Shannon menderita autisme, yaitu  gangguan otak kompleks. Keadaan ini semakin diperparah dengan kebiasaan teman-teman sekolah yang sering merendahkankan dirinya.

Kenyataan pahit ini memaksa orangtuanya untuk  memindahkan Shannon dari sekolah umum ke sekolah khusus autis Hillingdon Manor. Selama empat tahun, tidak ada perubahan istimewa didalam diri Shannon setelah masuk disekolah autis. Setiap hari ia tetap diam, bisu dan hanya sibuk dengan dirinya sendiri.

Akan tetapi, sebuah perubahan luar biasa mulai terjadi ketika gurunya, Anna Kennedy, pendiri Hillingdon Manor, menawarkan Shannon untuk ikut tampil dalam proyek DVD tari dengan anak-anak lain dari sekolah itu.

Anna Kennedy mengembangkan imajinasi anak-anak  dengan memasukkan lingkaran dan menari dengan gaya bebas.  Guru  ini mendesak anak-anak  autis  untuk membawa CD favorit sendiri agar terbiasa dengan ritme nada yang berbeda.

Shannon mulai mampu bergerak dengan lebih baik, kordinasi ototnya makin meningkat, dan dia mulai mampu berinteraksi dengan orang lain. Dan pada suatu hari nan indah, Shannon, pada usia 12 tahun, mengucapkan percakapan pertamanya.

“Mum, can we watch my DVD together?” Perkataan inilah yang meluncur dari bibir Shannon. Ibunya hanya bisa menangis karena tersentuh dengan perubahan Shannon.

Pada usia 12 tahun ini juga, meski sudah mengalami perubahan, Shannon kembali terdiagnosa menderita Potocki-Lupski Syndrome (PTLS), suatu kondisi genetik yang sangat langka dan baru diakui dalam dunia medis.  Penyakit ini menyebabkan seseorang  kesulitan dalam pengolahan bahasa, dan artikulasi serta keterlambatan perkembangan motorik dan verbal.

Walau memiliki begitu banyak penyakit,  tetapi kini Shannon adalah gadis yang berbeda dengan sebelumnya.  Kini Shannon menjadi anak yang percaya diri, mulai rajin mengunjungi tetangga, dan bahkan mau membantu adiknya Paige untuk belajar menari.

Dalam kesehariannya, Shannon mulai mau membuka percakapan dan suka berbicara dengan orang lain. Gadis kecil ini sering membawa DVD tarinya untuk ditunjukkan kepada orang lain.(diolah dari sumber: detikhelth.com)

Renungan

Kemampuan melihat apa yang disukai, disenangi dan dinikmati oleh orang lain adalah kemampuan yang harus kita kembangkan. Mari kita bangun  setiap kesempatan untuk menemukan bakat, talenta, dan kecendrungan positif orang lain dalam setiap hubungan. Anna Kennedy sudah melakukannya, kini giliran kita bukan?  (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)

Posting Komentar

0 Komentar