“Pria Buta Huruf Ini Berhasil Menjadi Orang Terkaya Di Inggris”

 “Mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang cerdik, tetapi orang bebal ditipu oleh kebodohannya.” (Ams 14:8) 
Andreas sudah memutuskan berhenti sekolah saat usianya baru 14 tahun. Meski demikian, Andreas terus berusaha melatih dirinya untuk bekerja keras.

Meski menderita disleksia, tidak membuat Andreas Panayiotou menjadi minder dan kurang percaya diri. Justru, karena sadar dengan kelemahannya ini, Andreas malah berusaha menjadi pribadi yang lebih kreatif dari yang lain.

Pria yang tidak bisa membaca ini menutupi kekurangannya dengan mengembangkan daya ingat  yang kuat dengan photographic memory. Andreas berusaha mengenali sebuah bentuk dengan menghapal tanda atau gambar.

Dengan hasrat yang besar, Andreas terus berusaha menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang berarti. Dengan penuh disiplin dan dedikasi, Andreas berjuang mencapai hasil terbaik yang bisa dicapainya.

Bahkan, Andreas menjelaskan bahwa kesuksesan dalam hidupnya adalah karena hasil dari rasa malu dan perasaan kurang dari teman-teman yang lain. Andreas mengungkapkan bahwa ketertinggalannya dalam membaca saat kecil justru membuatnya jadi lebih tangguh.

Kini hasil jerih payah Andreas Panayiotou sudah berbuah manis. Pria imigran asal Yunani ini, sekarang tercatat sebagai peringkat  200 orang terkaya di Inggris. Total kekayaan pemilik kerajaan  bisnis ‘The Ability Group’ ini adalah senilai 400 juta poundsterling (Rp 5,5 triliun).

Andreas mengakui bahwa disleksia telah memaksa dirinya untuk melatih pikirannya agar memiliki daya ingat yang kuat. Pria ini selalu berusaha agar pikirannya mampu memahami keadaan yang terjadi disekitarnya.

“Pikiran kita selalu berusaha, berusaha, dan berusaha. Kita jadi lebih kuat, karena belajar mengatasi masalah merupakan bagian dari kehidupan.” Kemampuan membaca merupakan hal pokok seperti makan,” kata Andreas yang kini aktif dalam upaya pemberantasan buta huruf. (diolah dari sumber: tribunnews.com)

Renungan

Kesulitan belajar karena penyakit disleksia tidak membuat Andreas menyerah dengan keterbatasannya. Andreas justru berjuang keras untuk melatih diri, melatih ingatannya, dan bertindak kreatif dalam semua aspek dalam kehidupannya. Keberhasilan Andreas adalah kemenangan atas rasa malu, ketidakmampuan membaca, dan kurangnya pendidikan formal.  Rintangan terbesar apakah yang membuat kita minder? Mari kita hadapi rintangan kita  sebagaimana Andreas melakukannya. (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)

Posting Komentar

0 Komentar