“Pasangan Perfeksionis, Menikah Setelah 28 Tahun Tunangan”

 “Siapa senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa senantiasa melihat awan tidak akan menuai.” (Pkh 11:4) 
Pribadi yang perfeksionis seringkali melewatkan  banyak keindahan dalam hidup ini karena selalu harus menunggu saat yang tepat. Pribadi yang perfeksionis sulit menikmati kehidupan dengan rasa sakit dan rasa bahagia silih berganti didalamnya.


Sebenarnya, dua tahun setelah jatuh cinta pada pandangan pertama, Barbara Furlonger dan Ivan Brown sudah melangsungkan pertunangan mereka. Tapi acara pernikahan ternyata baru dilangsungkan setelah 28 tahun kemudian.
Meski mengakui saling mencintai satu sama lain, kedua pasangan sejoli ini terlalu sibuk dengan akitifitas pekerjaan sehingga harus menunda pernikahan hampir tiga dekade. Hal ini masih ditambah lagi dengan sifat perfeksionis  Barbara, yang ingin segala sesuatunya berjalan secara sempurna.
Barbara ingin mempersiapkan seluruh detil pernikahannya dengan sangat ketat. Barbara tidak ingin ada gangguan sama sekali ketika sedang mempersiapkan acara pernikahan  impiannya.
Barbara tidak mau mempersiapkan acara pernikahannya selama masih aktif bekerja. Menurutnya, kesibukan dan tekanan  kerja hanya akan menghasilkan situasi yang serba berantakan  dan  penuh amarah.
Wanita perfeksionis ini  memilih bahwa waktu yang tepat untuk mempersiapkan pernikahan adalah saat pensiun. Jadi Barbara rela menanti selama 28 tahun agar bisa melangsungkan pernikahannya dengan kekasihnya Ivan Brown.
Akhirnya, setelah keduanya pensiun. Ketika usia Barbara Furlonger sudah 55 tahun dan usia Ivan sudah 63 tahun, dan setelah 28 tahun bertunangan, waktu yang tepat itupun tiba juga.
Sejoli ini bertemu pada tahun 1981. Lalu, keduanya bertunangan tahun 1983. Dan kemudian, pasangan sejoli ini resmi menikah tahun 2011.(diolah dari sumber:vivanews.com)
Renungan
Sifat perfeksionis seringkali menghambat kita dalam meraih kehidupan yang seimbang dan penuh dengan petualangan. Oleh karena itu, mari kita belajar menghadapi realitas kehidupan dengan rasa sakit, sedih, sepi, dan gembira didalamnya. Hidup ini semakin berwarna dengan adanya dinamika didalamnya. (Bertinus Sijabat-Yogyakarta)


Posting Komentar

0 Komentar